Transportasi Arab Saudi

Minggu, 06 Oktober 2013
Transportasi antarkota Armada penerbangan Saudi Arabian Airlines menguasai seluruh rute domestik. Perusahaan bus Saudi Arabian Public Transport Company (SAPTCO) beroperasi secara terbatas di dalam kota dan antarkota utama serta beberapa kota di negara tetangga. Jaringan jalan antarkota dihubungkan dengan jalan tol tanpa bayar. Transportasi dalam kota Transportasi umum dalam kota mengandalkan mobil pribadi atau taksi. Meskipun pemerintah Arab Saudi menetapkan sistem pembayaran taksi dengan cara perhitungan meter, namun saat musim haji biasanya ongkos taksi ditentukan dengan sistem tawar menawar (sekitar lima riyal Saudi) untuk jarak dekat dan sedang. Sedangkan ke bandara sekitar 50 riyal. Transportasi antarnegara Turis bisa memasuki Arab Saudi melalui jalur darat lewat Yordania (Amman) ke Damman, Madinah, dan Jeddah. Tersedia jalur darat menuju Yaman (dari Jeddah), Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Bus Internasional melayani jalur perjalanan antara Arab Saudi dan Bahrain, Mesir, Yordania, Qatar, Suriah, Turki, dan Uni Emirat Arab. Pelabuhan Di Arab Saudi terdapat jaringan dermaga besar di berbagai wilayah, yaitu Dermaga Islam Jeddah, Dermaga Dammam, Dermaga Jubail, Dermaga Yanbu’, Dermaga Jazan, Dermaga Industri Yanbu Raja Fahd, dan Dermaga Industri Raja Fadh di Jubail. Pelabuhan Jeddah merupakan salah satu pelabuhan terbesar dan terpenting di Arab Saudi. Pelabuhan Islam Jeddah (Islamic Jeddah Port) merupakan pelabuhan terbesar di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Pelabuhan tersebut merupakan pintu masuk utama wilayah barat Arab Saudi. Pelabuhan Islam Jeddah memiliki fasilitas modern. Selain melayani lalu lintas ekspor-impor, Pelabuhan Laut Jeddah juga masih digunakan untuk berlabuhnya kapal-kapal yang membawa jamaah haji. Terutama jamaah dari negara-negara kawasan Teluk dan Afrika.

Pakaian Arab Saudi

Pakaian khas Arab Saudi yang pertama adalah Thawb. Thawb merupakan pakaian standar untuk para pria di Arab Saudi. Thawb berbentuk baju terusan yang berlengan panjang. Ketika menggunakan Thawb, para pria biasanya memakai celana panjang berwarna putih sebagai bawahannya.
Keunikan Thawb terletak pada kebiasaan masyarakat menggunakan warna sejenis di suatu musim. Pada musim panas, para pria di Arab Saudi menggunakan Thawb yang berwarna putih. Sedangkan saat memasuki musim dingin, mereka menggunakan Thawb yang berwarna gelap seperti hitam, coklat tua, dan lainnya. Bahan yang digunakan saat musim dingin juga berbeda dengan yang digunakan saat musim panas.
Bila pada musim panas para pria Arab menggunakan Thawb yang berbahan tipis seperti katun, di musim dingin, mereka menggunakan Thawb dengan bahan yang lebih tebal seperti wol. Pakaian Thawb juga mempunyai beberapa variasi. Ada satu jenis Thawb yang lengan dan kerahnya dibuat lebih kaku untuk menunjukan kesan formal. Selain itu, ada juga Thawb yang jenis lengannya lebih pendek dan ada yang bagian leher kerahnya lebih terbuka. Thawb jenis ini lebih sering dipakai oleh beberapa pria muda di Arab Saudi.
Untuk acara formal seperti pernikahan atau khotbah jumat, ada pakaian formal untuk pria yang bisa digunakan masyarakat Arab Saudi. Pakaian tersebut bernama Mishlah. Mishlah adalah jubah tradisonal yang biasanya digunakan setelah Thawb. Jubah ini biasanya terbuat dari katun, wol, dan berbagai macam bahan lain. Warna Mishlah beraneka ragam. Ada yang berwarna hitam, kuning, putih, dan lain- lain. Jubah Mishlah juga ada yang berwarna kombinasi atau campuran dari beberapa warna. Salah satu contohnya adalah Mishlah yang berwarna hitam dan memiliki sentuhan warna emas pada bagian kerahnya.
Untuk melengkapi pakaian Thawb ataupun Mishlah, biasanya para pria Arab Saudi menggunakan aksesoris diatas kepala mereka. Salah satu aksesoris berbentuk topi berbahan katun dan berwarna putih. Topi yang dipakai langsung diatas rambut para pria Arab ini sering disebut dengan sebutan kopiah putih. Kopiah putih atau bisa juga disebut sebagai peci haji merupakan salah satu aksesoris yang cukup terkenal di dunia.
Di Indonesia pun anda pasti sering melihat banyak lelaki muslim yang menggunakan kopiah untuk sehari-hari atau untuk beribadah. Tujuan utama penggunaan kopiah adalah untuk menjaga agar penampilan tetap terlihat rapi. Saat ini, kopiah terdiri dari berbagai macam model. Ada kopiah yang bermotif unik, ada juga yang terbuat dari bahan rajutan, ada yang modelnya berlubang-lubang. bahkan ada yang terbuat dari bambu.
Selain kopiah, ada juga jenis pelindung kepala lain yang sering digunakan para pria Arab Saudi seperti Ghutra, Shumagh, ataupun Igal. Untuk penduduk wanita, pakaian yang umum digunakan adalah Abaya. Abaya biasa digunakan pada saat wanita memutuskan untuk berpergian keluar dari rumah dan berfungsi untuk melapisi pakaian biasa yang telah mereka kenakan di dalam Abaya.
Bentuk Abaya adalah baju terusan yang panjangnya bisa sampai ke mata kaki. Lengan baju abaya juga panjang. Di berbagai kota di Arab Saudi anda akan melihat para wanita banyak yang menggunakan abaya berwarna hitam. Abaya berwarna hitam adalah Abaya tradisional. Para orang tua mengajarkan anak-anak perempuannya secara turun temurun untuk menggunakan pakaian ini.
Oleh karena itu, mayoritas penduduk wanita Arab Saudi menggunakan abaya hitam. Meskipun abaya awalnya hanya berwarna hitam, saat ini Abaya mulai mengikuti perkembangan mode dan tren. Anda bisa melihat Abaya dengan warna yang beraneka ragam dilengkapi dengan motif-mofif yang menarik. Selain banyaknya pilihan warna dan motif pada Abaya, saat ini pun ada Abaya yang terbuat dari bahan jeans.
Saat menggunakan Abaya, para wanita Arab Saudi menggnakan penutup kepala atau jilbab. Jilbab ini berfungsi untuk menutupi rambut. Dalam syariat Islam, rambut adalah aurat dan wanita dilarang untuk memperlihatkannya. Selain menutupi rambut, Banyak juga wanita Arab Saudi yang menutupi bagian bawah mukanya dengan cadar (bisa juga disebut Niqab) sehingga yang tampak hanyalah mata mereka.
Dalam ajaran agama islam, penggunaan cadar tidak diharuskan. Bahkan ada beberapa pemuka agama yang mengatakan bahwa cadar tidak sesuai dengan syariat islam. Selain pakaian Abaya, tidak sedikit wanita Arab Saudi yang mengenakan pakaian tradisional khas negaranya. Pada masa lalu, hampir semua wanita Arab Saudi mengenakan pakaian tradisional sebagai busana untuk kegiatan sehari-hari.
Tetapi seiring berlalunya waktu, penggunan pakaian tradisional sebagai busana sehari-hari, mulai ditinggalkan. Saat ini, pakaian tradisional biasanya digunakan pada momen-momen spesial seperti Ghorma atau malam sebelum pernikahan, iftar atau pada saat berbuka puasa bersama, dan juga pada saat lebaran. Salah satu pakaian tradisonal Arab Saudi adalah thawb antik.
Thawb antik biasanya berbentuk dress panjang yang menyerupai kaftan. Umumnya, Thawb antik terbuat dari sutra yang disulam dengan Qasab atau yang sering disebut sebagai benang emas. Pakaian tradisional ini sering digunakan oleh wanita yang sudah menikah untuk menghadiri acara-acara penting. Selain thawb antik yang berasal dari Aab Saudi, ada juga pakaian tradisional asal Kota Abha.
Pakaian Tradisional Abha berupa atasan kain yang dicetak dengan pola bunga. Untuk bawahannya, pakaian tradisonal yang ditemukan di dataran tinggi Abha ini berupa kain berwarna-warni yang dilengkapi dengan pantalets. Pantalets digunakan di pergelangan kaki untuk melindungi diri dari dinginnya cuaca d kota Abha. Supaya pemakai terlindung dari matahari, pakaian tersebut dilengkapi dengan sebuah topi jerami yang digunakan di atas syal warna-warni.
Selain Pakaian tradisonal khas kota Abha, ada juga pakaian tradisional yang berasal dari sebelah barat Arab Saudi atau yang bisa disebut dengan Kawasan Hijaz. Pakaian Tradisional Hijaz adalah sebuah blus yang menyerupai thawb tetapi memiliki lebih banyak hiasan. Pakaian Tradisonal Hijaz dipakai dengan bawahan berupa Sirwal atau celana panjang. Sebagai aksesorisnya, masyarakat hijaz biasa memakai tutup kepala tradisional hijaz yang dikenal dengan nama Mihramah dan Mudawwarah.

Manajemen Budaya (Perubahan Budaya dikarenakan...)



Penemuan atau reka cipta adalah suatu bentuk, komposisi materi, peranti, atau proses yang baru. Sebagian penemuan didasarkan pada bentuk- bentuk, komposisi, proses, atau gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya.

Discovery dapat berarti:penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun gagasan yang diciptakan oleh seseorang ataupun serangkaian ciptaan beberapa indovidu.

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

Asimilasi (sosial) , bercampurnya 2 kebudayaan dalam masyarakat setempat (contoh : dalam satu negara atau dalam satu keluarga), sehingga tercipta suatu budaya baru.

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.

Reka baru ( bahasa Inggris: innovation) dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial).

Penemuan atau reka cipta adalah suatu bentuk, komposisi materi, peranti, atau proses yang baru. Sebagian penemuan didasarkan pada bentuk- bentuk, komposisi, proses, atau gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya.

Discovery dapat berarti:penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun gagasan yang diciptakan oleh seseorang ataupun serangkaian ciptaan beberapa indovidu.

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.

Asimilasi (sosial) , bercampurnya 2 kebudayaan dalam masyarakat setempat (contoh : dalam satu negara atau dalam satu keluarga), sehingga tercipta suatu budaya baru.

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.

Reka baru ( bahasa Inggris: innovation) dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial).

Kesenian Arab Saudi



Dalam hal kesenian dan warisan tradisional, Saudi Arabia memiliki berbagai koleksi seni tradisional yang menunjukkan adanya keragaman budaya di Saudi Arabia, seperti lagu-lagu yang bercorak kelautan dan lagu-lagu yang bernuansa padang pasir dan pedesaan, sampai adanya bermacam kesenian panggung dan tarian tradisional. Pada sisi lain, di Saudi Arabia terdapat beberapa oraganisasi kebudayaan dan kesenian yang tersebar di berbagai kota. Oraganisasi-organisasi ini mampu melestarikan bakat-bakat seni panggung, lagu-lagu, musik dan seni lukis. Hal yang menjajadi bagian penting dalam fenomena kehidupan modern di Kerajaan Saudi Arabia adalah banyaknya pameran-pameran seni, museum- museum pemerintah dan swasta, pekan-pekan kesenian terutama yang dilaksanakan pada event- even tertentu seperti hari raya dan musim-musim kunjungan wisata, salah satu pekan budaya yang cukup tekenal baik di dalam maupun luar negeri adalah Pekan Nasional Budaya dan Tradisi yang diadakan setiap tahun di Al-Janadiriyah Riyadh. Pekan Janadiriyah ini mampu membangun kesinambungan antara generasi warga Saudi masa kini dengan warisan kebudayaan masa sebelumnya.

Makanan dan Minuman Khas Arab Saudi

1.    Tamis, roti bulat super lebar ini merupakan makanan khasnya orang Afghanistan. Sangat murah meriah, sehingga banyak yang menyukainya. Begitu pula aku… ini adalah tungku khusus buat bikin tamis, tuh liat tamis yang lagi nempel di dinding tungku, yang bulat besar di atas tungku adalah cetakan tamis. tamiz biasa ini adalah tamis biasa, rasanya gurih, harganya cuma 0,5 real, dimakan bersama dengan olahan kacang adas dengan rasa gurih, yang harganya 1,5 -2 real per wadah, orang-orang suka makan juga bersama cabe ijo nan pedas, jeruk lemon yang diperas ke dalam adas, dan bawang bombay, ketiga jenis aditif ini kulewatkan, pass… (gak kena di lidah sih…..) tamiz sukari rupanya pedagang tamisnya lumayan kreatif, menciptakan model tamis baru yang rasanya manis karena ditaburi gula dan wijen. ini namanya tamis sukariy, ada juga jenis tamis lainnya yang isinya keju (jubnah), tapi aku kurang suka. tamis sukariy ini harganya 2 real. Ngomong-ngomong, tamis yang dijual oleh pedagang di seberang rumahku terkenal enak rasanya loh… dibanding dengan tempat-tempat yang lainnya.
2.    Shawarma, semacam kek kebab, merupakan sandwich timur tengah, yang variasinya sudah menyebar di seluruh dunia, isinya berupa irisan- irisan daging yang ditumpuk dan ditusuk oleh sebatang besi serta dipanggang tegak (nie ciri khas penjualannnya..), ada dua macam, mo yang isi daging kambing or daging ayam, kalo aku sukanya yang daging ayam, ciri khas yang ditemui di toko-toko yang menjual shawarma… dibungkus dengan roti pita Arab yang khas (khubuz bulat tipis) yang diolesi bumbu seperti mayonaise serta taburan salad di dalamnya (timun, tomat), sawarma 2 segini neh harganya 3 real…
3.    falafel, asal makanan ini dari Mesir, terbuat dari kacang Arab yang digiling dan kemudian dipadatkan dan dibuat bola-bola kecil lalu digoreng menggunakan minyak panas (perasaan mirip kek perkedel dech…) ini nie yang namanya falafel… Falafel biasanya disajikan di dalam sebuah roti pipih mirip pita yang disebut lafa. nie roti kalo dipotong jadi dua, tengahnya bolong kayak kantong, buat isi falafel, roti pita jenis kek gini dijual bebas di toko-toko (baqalah) sehingga kita bisa bikin sendiri di rumah, ngirit gtu loh… Katanya sih, di banyak negara, falafel dijual sebagai makanan siap saji yang populer. Bola-bola falafel biasa ditambahi dengan selada, asinan dan acar sayuran, semacam seledri (badognes) serta saus pedas. yang kek gini aku belum pernah nyoba, orang sono nyebutnya tha’miyya. Ada varian lain dari falafel ini, yaitu bungkusnya berupa khubuz bulat nan tipis dan disajikan seperti cara bungkus lumpia, ini yang pernah kunikmati. harganya sekitar 3 real-an juga…
4.    sandwich, gak asing lagi sama yang satu ini kaan…, aku juga suka bikin sendiri di rumah, tapi kadang juga pingin beli kek gini, ini beli di mekkah, isinya kentang n nugget ayam, saos n mayonaise, rasanya kurang oke sich, harganya 3 real…, dibanding yang di bawah ini: ini mah sandwich plus…plus…plus…, rasanya eunaak tenann, irisan daging ayam, saos, mayonaise, plus…ada kentang goreng, dicolek pake pasta garlic, saos tomat n saos sambal, plus… (pssttt…dikasih ma temen……he…he…) kutaksir, harganya sekitar 7 real-an…
5.    paratha , ini makanan khas india, bentuk n rasanya kayak roti maryam yang ada di indonesia, gurih… Paratha yang pernah kubeli, disukai banget ma orang-orang india, kayaknya mereka fanatik banget sama makanan asli daerahnya dech… (mungkin biar serasa di rumah sendiri kali…) cara makannya dicampur sama olahan semacam labu jipan, yang diolah pake bumbu masala/curry… (kayak gule…), harganya sekitar 1 real dapat dua lembar paratha plus curry-nya. paratha mentah paratha matang ada lagi paratha yang mall punya, artinya, banyak dijual di mall, harganya 4-5 real, isi 5 lembar, tinggal digoreng di atas loyang yang diolesi margarin, disajikan dengan ditaburi gula atau madu…
6.    broast stead chicken , mirip banget sama KFC, pamornya mengalahkan KFC di sana. Olahan daging ayam yang digoreng kriting pake tepung, disajikan bersama kentang goreng, saos dan sambal tomat, pasta garlic, nah…nie yang beda…, kalo di indo makannya pake nasi, tapi kalo di saudi makannya pake khubuz (roti bulat nan gepeng). broasted ayam harganya sekitar 12-15 real, lengkap…dengan 5 buah potong ayam

Qohwa merupakan nama dari kopi arab. Kopi ini rasanya cukup unik bagi orang yang baru pertama kali meminumnya. Biasanya, Qohwa disajikan dengan korma. Jadi cara penyajiannya adalah meminum beberapa teguk qohwa lalu disusul dengan memakan kurma, begitu seterusnya. Komposisi dari Qohwa adalah sebagai berikut:
1. air matang
2. bubuk kopi arab
3. bubuk Cardamom (sejenis tanaman famili jahe- jahean)
4. cengkeh Umumnya, kita bisa menjumpai kopi arab ini saat bertamu ke rumah orang arab asli, ataupun saat berbuka di bulan Ramadhan.

Keseharian Warga Arab Saudi

1.    Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa utama di dunia yang digunakan oleh lebih dari 200 juta penutur dan digunakan secara resmi di lebih dari 22 negara. Secara umum bahasa Arab memiliki dua varian, pertama bahasa Arab Fusha (bahasa Arab standar/baku) dan kedua bahasa Arab `Amiyyah (bahasa Arab pasaran). Varian yang pertama umumnya digunakan dalam komunikasi resmi seperti dalam sekolah, kantor, khutbah, seminar, urusan diplomatik, berita, buku- buku, majalah, dokumen-dokumen resmi dan sebagainya. Sedangkan varian kedua, sering digunakan untuk keperluan komunikasi atau percakapan sehari-hari oleh warga kebanyakan dari segala kalangan baik yang terpelajar maupun yang buta huruf.
2.     Komunikasi bisa berbentuk verbal maupun non- verbal. Porsi komunikasi non-verbal berkisar antara 60 persen (dalam budaya Barat) hingga 90 persen (dalam budaya Timur) dari keseluruhan komunikasi. Komunikasi verbal digunakan untuk menyampaikan gagasan, informasi atau pengetahuan, sedangkan komunikasi non-verbal digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Fakta, peristiwa, ciri-ciri sesuatu lebih mudah kita ungkapkan lewat kata-kata, tetapi emosi seperti rasa sayang, rasa kagum, keterpesonaan, rasa jengkel, rasa benci, atau bahkan kemarahan seseorang tidak jarang diungkapkan lewat isyarat tangan, sentuhan, postur tubuh, nada suara, pandangan mata, ekspresi wajah tertentu, jarak berbicara, penggunaan waktu, penggunaan benda tertentu (busana, interior rumah, kendaraan, perhiasan, jam tangan, dasi, bau-bauan, dsb.). Pola komunikasi orang Arab pada umumnya termasuk salah satu tipe komunikasi yang amat ekspresif yang memadukan antara bahasa verbal dengan non-verbal sekaligus, seperti dengan mimik, isyarat dan pendukung non-verbal lainnya guna meyakinkan lawan bicaranya.
3.    Meskipun warga Arab Saudi umumnya beragama Islam (mungkin 100%), ini tidak berarti bahwa cara dan etika mereka dalam berkomunikasi selalu santun seperti diajarkan Al- Quran dan Sunnah. Sebagian dari cara mereka berkomunikasi bersifat kultural semata-mata. Ini penting dipahami oleh orang-orang yang akan berziarah/berkunjung ke Arab Saudi baik untuk menunaikan ibadah umrah dan haji, apalagi untuk bekerja sebagai diplomat, pebisnis, pelajar, pegawai, teknisi, perawat, TKI atau TKW untuk mengatasi mis-komunikasi (kesalahpahaman) dan konflik yang mungkin akan mereka/kita alami ketika berhubungan dengan kultur orang Arab, karena bagaimanapun mereka akan lebih banyak berkomunikasi dengan warga pribumi.
4.    Gaya komunikasi warga Arab Saudi, seperti gaya komunikasi orang-orang Timur Tengah umumnya, berbeda dengan pembicara orang- orang Barat (Amerika atau Jerman) yang berbicara langsung dan lugas. Dengan kata lain, orang Arab masih tidak berbicara apa adanya, masih kurang jelas dan kurang langsung. Umumnya orang Arab suka berbicara berlebihan, sesumbar dan banyak basi-basi (mujamalah). Misalnya, bila seorang Arab Saudi bertemu temannya, maka untuk sekedar tanya kabar, tak cukup sekali dengan satu ungkapan, tapi sampai berkali-kali. Disamping itu bila seorang Arab Saudi mengatakan tepat seperti yang ia maksudkan tanpa pernyataan yang diharapkan, orang Saudi lainnya masih mengira yang dimaksudkannya adalah kebalikannya. Kata sederhana `La` (dalam bahasa Arab `Tidak`) yang diucapkan tamu tidaklah cukup untuk menjawab permohonan pribumi agar tamu menambah makan dan minum. Agar pribumi yakin bahwa tamunya memang betul-betul sudah kenyang, tamu itu harus mengulangi `La` beberapa kali, ditambah dengan sumpah seperti ungkapan `Wallah` (`Demi Allah`).
5.    Masih banyak isyarat non-verbal khas Arab lainnya yang berbeda makna dengan isyarat non- verbal ala Indonesia. Misalnya, sebagai pengganti kata-kata, `Tunggu sebentar!` atau `Sabar dong!` ketika dipanggil atau sedang menyeberangi jalan (sementara ada kendaraan datang mendekat), orang Arab Saudi akan menguncupkan semua jari- jari tangannya dengan ujung-ujungnya menghadap ke atas. Ketika bertemu dengan kawan akrab, mereka terbiasa saling merangkul seraya mencium pipi mitranya dengan bibir. Ini suatu perilaku yang dianggap nyeleneh oleh orang lain umumnya, bahkan mungkin juga oleh orang Indonesia. Orang lain yang tidak memahami budaya Arab akan menganggap perilaku tersebut sebagai perilaku homoseksual. Walhasil, jika kita bersama orang Arab, kita harus tahan berdekatan dengan mereka. Bila kita menjauh, orang Arab boleh jadi akan tersinggung karena menyangka bahwa kehadiran fisiknya dianggap menjijikkan atau kita dianggap orang yang dingin dan tidak berperasaan. Begitu lazimnya orang Arab saling berdekatan dan bersentuhan sehingga senggol menyenggol itu hal biasa di mana pun di Arab Saudi yang tidak perlu mereka iringi dengan permintaan maaf atau permisi.
6.    Sejak kanak-kanak orang Arab dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan mereka apa adanya, misalnya dengan menangis atau berteriak. Orang Arab terbiasa bersuara keras untuk mengekspresikan kekuatan dan ketulusan, apalagi kepada orang yang mereka sukai. Bagi orang Arab, suara lemah dianggap sebagai kelemahan atau tipu daya. Tetapi suara keras mereka boleh jadi ditafsirkan sebagai kemarahan oleh orang yang tidak terbiasa mendengar suara keras mereka. Maka pasti akan banyak yang mengira, kalau bicaranya seperti marah ketika seorang pegawai Arab misalnya, sedang memeriksa paspor, iqamah, dsb. Boleh jadi banyak TKI/TKW di Arab Saudi yang belum memiliki pemahaman memadai tentang bahasa Arab lalu mengidentikkan suara majikan mereka yang keras itu dengan kemarahan, meskipun majikan itu sesungguhnya tidak sedang marah. Sebaliknya, senyuman perempuan kita (termasuk TKW) kepada orang Arab/majikan pria mereka yang mereka maksudkan sebagai keramahtamahan atau kesopanan dan kesantunan, boleh jadi dianggap sebuah `godaan` oleh majikan pria mereka. Kesalahpahaman antarbudaya semacam ini, bisa tidak terhindarkan meskipun majikan dan TKW sama-sama Muslim. Mungkinkah problem TKW di Arab Saudi semisal terjadinya pelecehan seksual sebagaimana sering kita baca atau dengar, seperti kasus `majikan Arab memerkosa atau menghamili TKW` dsb berkaitan dengan kesalahpahaman antarbudaya ini? Bisa jadi.
7.    Budaya/tradisi Arab mementingkan keramahtamahan terhadap tamu, kemurahan hati, keberanian, kehormatan, dan harga diri. Nilai kehormatan orang Arab terutama melekat pada anggota keluarganya, khususnya perempuan (kata `hormat` memiliki akar kata yang sama dengan `hurumah` dan `harim` yang artinya `perempuan` atau `istri`), yang tidak boleh diganggu orang luar selain suami atau mahramnya. Di Arab Saudi perempuan adalah properti domestik. Di Saudi, adalah hal yang lazim jika seorang pria tidak pernah mengenal atau bahkan sekadar melihat wajah istri atau anak perempuan dari sahabatnya, meskipun mereka telah lama bersahabat dan sering saling mengunjungi. Juga tidak lazim bagi seorang pria untuk memberi bingkisan kepada istri sahabat prianya itu atau anak perempuannya yang sudah dewasa. Karena itu saran saya, tak usahlah kita coba-coba sok ramah, berlama-lama memandang, apalagi menggoda atau mengganggu.
8.    Aturan rambu-rambu lalu lintas yang berlaku di Arab Saudi berbeda 180ยบ dengan aturan yang berlaku di negara kita. Di Indonesia, setiap pengguna jalan umum baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum semua wajib berada di jalur kiri jalan (dan letak roda kemudi mobil berada di bagian kanan). Demikian pula waktu menaikkan atau menurunkan penumpang semua berada di jalur kiri. Karena itu penumpang di Indonesia jika ingin turun dari kendaraan umum, biasanya mereka bilang `Kiri Pak Sopir !`. Hal ini berbeda sama sekali dengan apa yang berlaku di Arab Saudi, semua pengguna jalan termasuk waktu menaikkan maupun menurunkan penumpang berada di jalur sebelah kanan jalan. Demikian pula waktu menaikkan maupun menurunkan penumpang, mereka wajib menepi ke sebelah kanan jalan. Apa jadinya jika tradisi lalu-lintas di negeri sendiri ini tetap `kita pertahankan dan kita bawa` saat kita berada di Arab Saudi? Sebuah features yang dimuat di sebuah surat kabar Arab Saudi (1999) pernah penulis baca: `Tingginya frekuensi kecelakaan lalu-lintas yang menimpa sopir pemula asal Indonesia, diduga karena perbedaan rambu-rambu lalu-lintas yang berlaku di Arab Saudi. Sementara kecelakaan yang menimpa warga pribumi Saudi, umumnya menimpa remaja usia 15-25 tahun disebabkan prilaku ugal- ugalan`.
9.    Ada kesan, pandangan orang Saudi terhadap warga Indonesia agak `stereotif`. Di antara bangsa-bangsa yang datang berkunjung ke Saudi Arabia terlepas motif dan tujuannya, orang-orang asal Indonesia termasuk yang paling mudah diidentifikasi, baik dari segi fisik (sebagaimana umumnya orang Asia Tenggara, orang Indonesia termasuk kelompok bangsa yang berfisik tidak tinggi dan tidak besar), segi pakaian maupun cara berjalan. Mungkin karena begitu banyaknya saudara-saudara kita yang muqim di Saudi baik sebagai TKI maupun TKW, maka kesan pukul rata (generalisasi) itu tidak jarang menimpa saudara kita jama`ah haji. Karena itu tidak usah dimasukkan di dalam hati jika suatu ketika ada di antara kita yang `disangka TKI/TKW` dan merasa kurang `dihargai` sebagai tamu Allah oleh orang Saudi ketika kita sedang di Arab Saudi, terutama di saat kita berjalan-jalan tanpa kostum atau identitas jama`ah haji.
10.    Bagi orang Saudi, rumah betul-betul menjadi bagian privasi yang tak semua orang bisa mengakses ke dalam dengan mudahnya, sebagaimana kebiasaan kita di Indonesia. Desain rumah yang umumnya `hanya` berbentuk segi empat bertingkat seolah-olah menggambarkan bangunan sebuah benteng yang sulit ditembus. Faktanya memang benar, setiap rumah selalu ditutup dengan pagar tembok tinggi, dengan pintu gerbang bisa berlapis-lapis. Apa yang ada di balik tembok adalah sebuah privasi yang tidak boleh dikonsumsi oleh publik. Karena itu saya menyarankan untuk tidak tengak-tengok atau tolah-toleh mengamati pintu di depan rumah orang Saudi atau sekedar melihat-lihat bangunan bagian atas. Sebab, umumnya mereka sangat tidak respek dengan perilaku seperti ini, bisa jadi mereka mengira kalau orang itu adalah `harami` alias `maling` atau penculik yang sedang mengintai mangsa.
11.    Tak lama setelah saya muqim di Mekkah, suatu sore saya berjalan-jalan di kawasan pertokoan di Mekkah dengan seorang kawan laki- laki dari Indonesia (asal Gondanglegi – Malang). Sebagaimana kebiasaan di Indonesia saya dan kawan saya berjalan bergandeng tangan sambil melihat-lihat barang yang ada di sepanjang pertokoan tersebut. Begitu melintasi salah satu toko yang dijaga oleh orang Arab, tiba-tiba kami ditegur oleh si penjaga toko: `Isy fak inta ya walad !…inta luthy walla eh,….haza aib, ya walad…` (apa yang kau lakukan itu, nak…! kamu homo apa bagaimana? Itu aib…). Wah…saya baru tahu, ternyata bergandengan tangan dengan sesama jenis di Saudi itu termasuk `aib` menurut mereka, sebab bisa dianggap sebagai pasangan homo.
12.    Busana orang Saudi hampir semua sama. Mereka semua memakai pakaian putih yang biasa disebut `tsaub` dengan sorban motif kotak-kotak kecil berwarna putih-merah plus diikat dengan `igal` di kepala. Performance orang Saudi yang demikian wibawa seringkali membuat orang-orang Indonesia yang baru melihat atau mengenalnya menjadi ciut nyali, minder, kurang percaya diri bahkan tak jarang yang menjadi takut, sehingga menimbulkan adanya semacam jarak dan sekat pemisah yang membatasi dalam pergaulan. Akibat berikutnya yang biasanya menimpa adalah adanya perasaan rendah diri di dalam perasaan orang- orang Indonesia ketika berhadap-hadapan dengan orang Saudi. Hal semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi, mengingat tak ada yang membedakan antara Arab maupun bukan Arab, kecuali hanya taqwanya. Saya menduga, kultur Jawa yang melekat kuat mengiternalisasi di dalam pribadi orang-orang kita kebanyakan, yang biasanya terkenal sebagai orang yang nriman, ngalah, dan rendah hati memberi andil yang kuat terhadap munculnya perasaan rendah diri di hadapan bangsa lain seperti ini. Dalam kasus- kasus tertentu kelemahan seperti ini justru `dimanfaatkan` oleh oknum orang Saudi untuk mem-pressure, menganiaya bahkan memperbudak saudara-saudara kita di Saudi. Idealnya kita tetap harus merasa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, dengan tetap menjunjung tinggi etika pergaulan global yang egaliter dan jauh dari sifat arogan.
13.    Sesungguhnya di berbagai tempat-tempat pelaksanaan ibadah haji (seperti di Mina, Arafah apalagi di Haram) telah dipasang tulisan larangan keras mengambil foto. Namun umumnya, para jama`ah haji lebih-lebih saudara-saudara kita jama`ah Haji asal Indonesia, selalu berusaha dengan cara mencuri-curi mengabadikan momentum-momentum tersebut dengan kamera digital, handycam, HP maupun kamera biasa. Alasan pelarangan tersebut, tak lain karena hal- hal semacam itu sangat berpotensi mengurangi keikhlasan di dalam melakukan ibadah haji. Oleh karenanya, menjadi tugas kita bersama untuk menanamkan pemahaman bagi saudara-saudara kita jama`ah calon haji, agar hati betul-betul harus terjaga, agar semua itu tidak menjerumuskannya ke dalam perilaku `riya“ Alhasil, aspek pengenalan dan pemahaman terhadap budaya masyarakat Arab Saudi yang sesungguhnya tidak terkait langsung dengan rukun dan wajib haji merupakan elemen penting yang menjadi pendukung terlaksananya kesempurnaan ibadah haji. Semakin kita memahami budaya/ tradisi masyarakat Arab tempat kita bertamu ke Baitullah idealnya akan semakin berpengaruh terhadap kenyamanan, ketenangan dan akhirnya kekhusu`an ritual haji kita yang berujung pada tercapainya haji mabrur. Amin. Wallahu Waliyyuttaufiq.

TERIMAKASIH SUDAH MENGUNJUNGI BLOG INI :)

TERIMAKASIH SUDAH MENGUNJUNGI BLOG INI :)